Senin, 08 Januari 2018

Kereta Bandara Jadi Masalah Di Kota Tangerang?



        Kota Tangerang sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Banten, Indonesia, semua orang pun tau bahwa kota ini terletak tepat di sebelah barat ibu kota negara Indonesia, yaitu Jakarta.

        Kota Tangerang berbatasan dengan "Kabupaten Tangerang" di sebelah utara dan barat, "Kota Tangerang Selatan" di sebelah selatan, serta "Daerah Khusus Ibukota Jakarta" di sebelah timur. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa Barat.

        Cukup pengenalan dari saya tentang Kota Tangerang, Nah beberapa hari terakhir ini banyak sekali berita tentang Railink. Saya akan menjelaskan sedikit apa itu Railink?



Railink merupakan perusahaan hasil kerja sama antara dua BUMN, yaitu PT Kereta Api Indonesia dan PT Angkasa Pura II dengan komposisi kepemilikan saham 60% PT KAI dan 40% PT AP II. Kegiatan usaha yang dijalaninya yakni pengoperasian, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kereta api, pembangunan prasarana kereta api, dan desain sistem perkeretaapian.

Lalu apa hubungan antara Kota Tangerang dan Railink?

(Foto Stasiun Tangerang)

        Keberadaan Bandara Soekarno Hatta membuat Kota Tangerang menjadi titik simpul internasional, pasalnya berjuta-juta jiwa dipastikan setiap harinya melintas di wilayah Kota seribu industri dan jasa tersebut. Namun begitu beragam persoalan pun bermunculan. Seperti terkendala dari segi transportasi massal, sebab keberadaan Bandara Soekarno Hatta yang berlokasi di Tangerang menjadi pintu gerbang dunia bagi Indonesia.
       Dengan adanya moda transportasi baru, yakni Kereta Bandara dikhawatirkan berdampak pada arus lalu lintas yang melewati Kota Tangerang ini, yang melatar belakangi pertumbuhan penduduk memang tidak bisa dihindarkan. Maka dari itu butuh transportasi massal yang saat ini masih menjadi PR. Sebab Tangerang menjadi lintasan yang mempunyai simpul transportasi nasional berdekatan dengan Jakarta. Dan juga titik simpul internasional dengan adanya Bandara Soekarno Hatta.

       Data pergerakan kendaraan total di Jabodetabek mencapai 50 juta. Sementara, di Tangerang sendiri ada sekitar 3 juta orang per harinya yang lalu lalang melintasi kota ini. Penggunaan kendaraan pribadi sangat mendominasi, makanya transportasi umum sangat diperlukan. Hanya 250.000 warga yang memakai fasilitas transportasi umum. Itu sekitar 14 persen, selebihnya mereka menggunakan kendaraan pribadi. Harus ada transportasi massal yang nyaman serta aman.

       Persoalan kebutuhan masyarakat terhadap transportasi massal sangat terasa. Kalau transportasi masal tidak ada, tahun - tahun mendatang pasti akan padat. Kalau dibiarkan begini saja dan tidak ada inovasi, Tangerang bakal semrawut. Masyarakat makin sulit melakukan aktivitasnya. Hampir tiap hari diteror dengan kemacetan. Pemerintahan wajib menghadirkan moda transportasi yang murah tapi nyaman. Masyarakat perlu mendapatkan haknya. Dengan adanya transportasi massal bisa menghindari kemacetan.

       Warga Tangerang menyarankan agar ditambah lintasan KRL untuk mengakomodasi keperluan masyarakat. Apa lagi dengan keberadaan Kereta Bandara, menyebabkan pengurangan perjalanan dari Batuceper - Duri. Di Kota Tangerang jumlah penduduknya sekitar 2 juta. Sebagian senang naik kereta. Sebab kereta modal untuk beban kemacetan. Makanya Pemkot Tangerang harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait persoalan transportasi massal ini.
Posted on by ariqmmm in